Sekilas tentang Paku Buwana VI

Sunan Paku Buwana VI lahir pada tahun 1807 dan naik tahta pada tahun 1823. Selain dikenal sebagai raja di Kasunanan Surakarta beliau juga dikenal sebagai Pahlawan Nasional.
Beliau sangat gigih dalam melawan penjajahan Belanda di Surakarta khususnya. sejak kecil memiliki cita-cita untuk meneruskan perjuangan nenek moyangnya yaitu Sultan Agung untuk mengusir penjajah Belanda.
Dapat dikatakan selama masa pemerintahan Sunan Paku Buwana VI diwarnai dengan perjuangan politik melawan intervensi Belanda. Pada saat masa pemerintahan PB VI juga sedang berlangsung Perang Jawa atau Perang Diponegara (1825-1830), sehingga dapat dikatakan pada masa PB VI tidak banyak kemajuan di bidang-bidang lain mengingat pada masa itu penuh dengan siasat pemerintah Kolonial untuk mengintervensi Kasunanan sedangkan prinsip Paku Buwana VI sendiri adalah anti Belanda dan berusaha untuk mengusir Belanda dari pulau Jawa.
Sunan PB VI lahir pada Minggu Wage 18 Sapar 1734, Wuku Warigalid Windu Sangara atau tanggal 26 April 1807 M, di Kraton Surakarta. Paku Buwana VI, terkenal dengan sebutan Sinuhun Banguntapa. Beliau dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahanda Sinuhun Paku Buwono V pada tahun 1823
Sunan Paku Buwana VI meninggal pada Minggu Pon tanggal 12 Rejeb tahun Wawu 1777 windu Sanjaya atau tahun 1849 Masehi, jadi masa hidupnya adalah 44 tahun.
Itulah sebabnya maka begitu Sinuhun Banguntapa naik tahta kerajaan, beliau langsung menggariskan adanya 5 tujuan yang harus dicapai yang merupakan perwujudan dari cita-citanya itu meliputi:
ü  Pertama, berusaha mengahapuskan perjanjian tahun 1677
ü      Kedua, berusaha menghapuskan perjanjian tahun 1702
ü    Ketiga, berusaha menghapuskan perjanjian tahun 1749. Ketiga perjanjian itu perlu dihapuskan, karena semuanya berisi kewajiban raja yang harus membantu Kumpeni Belanda.
ü   Keempat, beliau berusaha menyatukan kembali dalam arti mempererat persatuan bangsa di dalam wadah Kerajaan Mataram Surakarta Hadiningrat.
ü    Kelima, beliau berusaha mengenyahkan kekuasaan Belanda dari tanah Jawa khususnya dan Nusantara pada umumnya.[1]

Benteng Vastenberg didirikan oleh Belanda untuk mengawasi kegiatan Raja Surakarta, Paku Buwana VI. Belanda menggunakan berbagai tipu muslihat maupun paksaan, namun karena Sri Susuhunan Paku Buwana VI tetap berpegang teguh pada pendiriannya “Suthik winengku kuwasane liya bangsa”, atau tidak sudi di bawah bangsa lain, maka dengan tidak mau menandatangani perjanjian yang dipaksakan, pada malam hari tanggal 5 menjelang 6 Juni 1830, Ingkang Sinuhun pergi meninggalkan kraton menuju ke Mancingan. Akhirnya pada tanggal 11 Juni 1830 Sunan berhasil ditangkap dan kemudian dibuang ke Ambon.
Di Ambon Beliau mengadakan pertemuan dengan Sultan Ternate yang juga berjiwa anti penjajah. Namun beliau tertangkap kembali dan kemudian dibunuh oleh Belanda di bawah Vuur-Peleton dengan senjata Baker Rifle mengenai mustaka dalem tepat diatas hetra kanan.



[1] Sunar Tri Suyanto halaman 27-28.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENILIK KEMBALI SEJARAH DAN DINAMIKA SERIKAT BURUH DI INDONESIA

Dukung Penderita Kusta dan OYPMK Mandiri secara Ekonomi